Menurut saya, smartphone berlabel flagship lebih mementingkan kinerja dengan membenamkan chipset kelas atas yang mampu memberikan kinerja cepat namun tetap hemat daya.
Contohnya, smartphone flagship yang menanamkan chipset Qualcomm Snapdragon 845 atau HiSilicon Kirin 970. Chipset ini mampu menghasilkan performa tingkat tinggi namun tidak memakan daya terlalu besar berkat fabrikasi 10nm sehingga efisiensi daya menjadikan batere tidak boros.
Saya ambil contoh OPPO Find X.
Smartphone flagship ini hanya dibekali batere berkapasitas 3.730mAh namun OPPO mengakalinya dengan menanamkan teknologi pengisian daya cepat VOOC.
Berkat adanya teknologi ini, batere smartphone hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk mengisi daya mulai dari 0% hingga 75%.
Jadi intinya bukan kapasitas batere diperbesar tapi pengisian daya dengan waktu seefisien mungkin sehingga smartphone mampu bertahan selama seharian (waktu normal saat beraktivitas di luar) untuk penggunaan normal seperti membuka media sosial, memotret, bermain game, atau berselancar di dunia maya.
Selain itu, batere dengan kapasitas tidak terlalu besar juga memungkinkan smartphone agar tetap memiliki desain ramping dan tidak terlalu besar.
Umumnya, semakin besar kapasitas batere yang dimilikinya, ukuran smartphone jadi lebih tebal. Dengan menyusutkan kapasitas batere maka desain ramping dan elegan akan tetap bisa diwujudkan agar tampilannya tetap mewah.
Namun, baru-baru ini, ASUS merilis ZenFone 6 edisi 2019 di Valencia Arts & Science Park, Spanyol, yang mengusung batere 5.000mAh.
Untuk smartphone flagship, kapasitas batere yang ditawarkan terbilang besar. Apa yang dilakukan ASUS mendobrak stigma yang ada di masyarakat bahwa smartphone flagship juga ada lho yang baterenya jumbo.
Memang saat ini masih banyak smartphone flagship yang kapasitas baterenya hanya berkisar di angka 3000an bahkan kurang. Mungkin ke depannya akan ada lebih banyak lagi smartphone flagship dengan batere berkapasitas besar.
1 comments: